Sabtu, 25 Agustus 2012

Aspek-Aspek Teknis Fotografi

Bukaan Diafragma (Apperture)
Tanpa cahaya, tidak akan ada fotografi. Seni fotografi pada dasarnya adalah melihat dan menyeimbangkan cahaya dengan lingkungan sekitar agar terekam lenih indah. Disinilah pentingnya aspek diafragma.
Diafragma adalah suatu mekanisme di dalam lensa yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera. Bagian yang terdapat di dalam susunan lensa ini berupa lembaran membentuk lubang atau lingkaran yang bisa berubah ukuran.
Jelaslah bahwa aperture yang terletak di dalam lensa berperan sebagai pintu yang mengendalikan banyaknya cahaya yang dapat mencapai sensor. Semakin besar pembukaan diafragma maka semakin banyak cahaya yang masuk dan sebaliknya semakin kecil bukaan diafragma maka semakin sedikit cahaya yang masuk.
F-number adalah angka matematis yang menunjukkan diameter dari aperture. Inilah bagian terpenting untuk memahami bagaimana aperture dan exposure bekerja.
Semua F-Number mempunyai notasi yang unik seperti f/5.6 dan seterusnya. Ada beberapa rangkaian F-Number tapi yang paling umum digunakan adalah: []/# 1.4 2 2.8 4 5.6 8 11 16 22 32.
Nomor diatas terkenal juga sebagai F-Number Full-Stop. Jika diturunkan F-Number dengan 1(satu) full stop seperti f/4 ke f/2.8, maka jumlah cahaya yang masuk akan meningkat. Jika ditingkatkan F-Number dengan 1 (satu)  full-stop seperti f/5.6 ke f/8 maka hanya setengah dari total cahaya yang akan ditangkap oleh sensor.
- Semakin Tinggi F-Number = aperture mengecil = cahaya yang masuk sedikit
- Semakin besar F-Number = aperture membesar = cahaya banyak yang masuk

Banyaknya angka diafragma dalam suatu lensa juga tergantung pada kemampuan lensa untuk meneruskan cahaya. Misalnya pada lensa sudut lebar (wide angle) dengan susunan lensa sedikit dan pendek akan lebih banyak memasukkan cahaya, biasanya angka diafragma bisa mencapai 1,4. Sedangkan pada lensa tele yang susunan lensanya lebih banyak dan panjang biasanya diafragma terendah adalah sekira 4 atau 5,6. Untuk keperluan khusus ada juga lensa tele dengan diafragma hingga angka 1,4 yang biasanya memiliki lensa yang sangat besar.

Kecepatan Rana (Shutter Speed)
Kecepatan Rana (Shutter Speed) ialah cepat atau lambatnya rana bekerja membuka lalu menutup kembali. Shutter Speed mengendalikan lama cahaya mengenai film.
Rana bekerja sebagaimana jendela. Rana berada di depan bidang film dan selalu tertutup jika shutter release tidak ditekan, untuk melindungi bidang film dari cahaya. Saat shutter release ditekan, maka rana membuka dan menutup kembali sehingga cahaya dapat masuk dan menyinari film.
Untuk kecepatan rana dihitung dalam satuan per detik, yaitu: 1; 2; 4; 8; 15; 30; 60; 125; 250; 500; 1000; 2000; dan B. Angka 1 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/2000 detik dan seterusnya.
Semakin lama shutter terbuka maka semakin banyak cahaya yang ditangkap oleh sensor. Bila anda memotret obyek yang sedang bergerak pada pengaturan fast-shutter speed maka obyek akan "membeku" atau diam. Tapi jika diatur dengan slow shutter maka obyek akan terlihat bergerak.
Beberapa skala stop untuk shutter speed, sama halnya seperti aperture, yaitu:
* 1/1000s
* 1/500s
* 1/250s
* 1/125s
* 1/60s
* 1/30s
* 1/15s
* 1/8s
* 1/4s
* 1/2s
* 1s

Eksposure (Eksposure)
Hal paling penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pemotretan adalah unsur pencahayaan. Pencahayaan adalah proses dicahayainya film yang ada di dalam kamera. Dalam hal ini cahaya yang diterima obyek harus cukup sehingga dapat terekam di dalam film.
Eksposure atau proses pencahayaan adalah beberapa faktor kombinasi dari berapa lama sensor menangkap cahaya, berapa banyak cahaya yang datang, dan seberapa sensitif sensor terhadap cahaya. Eksposure menyangkut perpaduan beberapa hal, yaitu besarnya bukaan difragma (apperture) yang berada di belakang lensa dan menjadi tempat cahaya masuk, kecepatan rana (shutter) yang menentukan berapa lama shutter akan terbuka, seta kepekaan film (ISO).
Ketiga hal tersebut menentukan keberhasilan fotografer dalam mendapatkan film yang tercahayai normal, yaitu cahaya yang masuk ke dalam film sesuai dengan yang dibutuhkan obyek, tidak kelebihan cahaya (over-exposed) atau kekurangan cahaya (under-exposed).
Hasil foto sangat ditentukan oleh pencahayaan yang tepat sehingga tidak under-exposure ataupun high-exposure. Over-exposure terjadi karena sensor terlalu banyak menangkap cahaya sehingga gambar atau foto menjadi terlalu terang. Sedangkan under-exposure terjadi karena sensor terlalu sedikit menangkap cahaya sehingga gambar atau foto menjadi gelap.

Fokus (Focus)
Foto yang baik adalah foto yang fokus.
Focusing adalah kegiatan mengatur ketajaman obyek foto yang dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada jendela bidik obyek yang semula kurang jelas mejadi jelas (fokus). Fokus dikatakan fokus bila obyek terlihat tajam atau jelas dan memiliki garis-garis yang tegas (tidak kabur). Pada ring fokus terdapat angka-angka yang menunjukkan jarak (dalam meter atau feet) obyek dengan lensa.

Depth of Field
Depth of Field (DOF) atau ruang ketajaman adalah salah satu teknik fotografi yang paling mendasar. DOF berfungsi menentukan ketajaman obyek yang akan difoto. Apakah obyek tersebut dibuat fokus semuanya atau hanya obyek utama yang menjadi fokus sedangkan obyek lainnya tidak dijadikan fokus. Misalnya dengan menggunakan diafragma 1,4 atau dengan bukaan lebar maka semua benda sebelum dan sesudah obyek akan terlihat buram. Sedangkan pada penggunaan diafragma 22 atau bukaan kecil maka benda di depan obyek mejadi fokus dan latar belakangnya terlihat jelas.

Setiap foto memiliki kedalaman (depth) yang terbagi menjadi depan (foreground) dan belakang (background) Fokus pada lensa kamera dapat dikendalikan atau diarahkan pada obyek tertentu. Pengendalian DOF juga berguna untuk membatasi fokus pada foto dan lebih memberi kesan hidup pada foto.

White Balance (WB)
Pada kamera digital ditemukan istilah White Balance (WB), yang berarti kemampuan kamera membaca temparatur warna dalam satuan derajat Kelvin (K). Temperatur warna merupakan cara untuk mengukur kualitas cahaya. Cahaya dengan temperatur warna yang tinggi (nilai Kelvin yang tinggi) memiliki lebih banyak cahaya biru dibanding dengan temperatur warna yang rendah (nilai Kelvin yang rendah).

1. Auto White Balance
Pada settingan otomatis ini, kamera akan mencari settingan white balance yang paling natural, sama seperti aslinya.

2. Tungsten
Digunakan untuk menormalisasi gambar yang berada di bawah lampu tungsten (lampu pijar / bola lampu kuning / bohlam). Jika digunakan dalam lingkungan yang normal maka efek yang dihasilkan menjadi kebiru-biruan.

3. Flourescet
Settingan ini digunakan untuk menormalisasi gambar yang berada di bawah lampu fluorescent atau yang lebih umum disebut neon warna putih.

4. Day Light
Settingan ini akan menormalisasi gambar yang berada pada cahaya yang berlebihan, seperti dalam kondisi di luar ruangan pada siang hari yang bermandikan cahaya matahari.

5. Cloudy
Digunakan untuk menambah dan memperkuat warna kuning kecoklatan. White Balance ini dipilih pada gambar matahari senja atau pagi ketika matahari meyingsing, warna yang di dapat jauh lebih artistik.

FILTER
Terdapat beberapa filter yang diperlukan di dunia digital. 
1. Filter yang paling penting adalah Filter UV. Filter UV akan mengurangi kerusakan di dalam gambar dan menjaga kebersihan lensa.
2. Filter Polarizing Circular. Filter ini bisa membantu mendapatkan langit yang biru dan menghilangkan bayang-bayang di dalam air.
3. Filter Close-up yang bisa membantu mengurangi jarak focusing dan membantu saat mengambil gambar secara makro.
4. Filter Color. Filter yang terdiri dari selembar polarisator warna. Digunakan untuk efek-efek tertentu.
5. Filter Conversation. Filter yang terdiri dari selembar polarisator dengan filter konversi warna. Digunakan untuk memberikan efek yang lebih cerah.
6. Filter Fider. Filter yang terdiri dari dua filter PL linier yang digabung menjadi satu.
7. Filter ND. Filter ini berfungsi untuk menurunkan kekuatan sinar.
8. Filter Nebula. Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang berpelangi.

Teknik Digital Ruang Gelap (Darkroom)
Teknik Digital Darkroom adalah proses penyuntingan gambar dengan menggunakan perangkat lunak komputer seperti Photoshop, Paint Shop Pro, Gimp, dll. Proses yang biasa dilakukan dengan teknik ini antara lain mencerahkan gambar, cropping, dodging dan burning, penajaman gambar (sharpening), pengaturan kontras, pembetulan warna dan white balance, dsb.


Retouching
Retouching adalah proses penyesuaian gambar seperti menghilangkan jerawat, memulihkan gambar lama, dsb.


Gambar Hitam Putih (Monochrome)
Gamabar hitam putih dapat dihasilkan dengan menggunakan teknik digital darkroom. Proses ini sangat mudah dilakukan di dunia digital.

Bukaan Pandangan (Focal Length)
Focal Length pada lensa memberikan petunjuk pada sudut bukaan sebuah lensa dan ukuran gambar relatif pada obyek. Focal length biasanya disebutkan dalam millimeter (mm). Focal length pada kamera DSLR:
* 20 mm = 94 derajat
* 35 mm = 63 derajat
* 28 mm = 75 derajat
* 50 mm = 46 derajat
* 85 mm = 28 derajat
* 135 mm = 24 derajat
* 200 mm = 12 derajat
* 300 mm = 8 derajat
* 400 mm = 6 derajat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar